Tuesday, December 19, 2006



« Luka Lama - Part 2 - »

Tidak terasa, 1 tahun telah kami lalui. Sekarang kami sudah kelas 3. Kami berempat dipisahkan di kelas yang berbeda. Hanya aku dan Rey yang sekelas. Sehingga waktu berkumpul kami pun hanya saat istirahat. Tapi hal ini tidak merenggangkan pertemanan kami. Hubunganku dengan Jho juga berlansung lancar, aman, tentram, damai, dll deh..

Seperti hari Sabtu yang lainnya, aku dan Jho kencan di mall. Tidak disangka, kami bertemu dengan teman² Jho ketika SMP. Mereka berenam, 4 cowo dan 2 cewe, menyapa Jho dengan semangat sekali.

"Hai, Jho. Apa kabar? Cieee.. Yang lagi kencaan.."

"Apa sih.. Ngiri yaah? Kalian juga lagi ngapain? Kok ngumpul² gak ajak² sih!"

"Haha.. Maap deh..," ujar salah seorang cowo dari grup itu. Kemudian dia melanjutkan dengan suara pelan, "Yah.. Kamu tau khan kenapa ngga diajak?" Matanya melirik ke salah satu cewe itu.

Sekilas aku melihat ekspresi Jho ketika melihat cewe itu. Aku bukan orang yang pinter nebak ekspresi orang. Tapi kali ini aku yakin ada yang aneh. Raut wajahnya menunjukkan kekagetan, ke'shock'an, kekhawatiran, malu, dan rasa bersalah. Jho mengalihkan pandangannya. Suasana di sekitar jadi tidak enak.

"Oo.. Trus sekarang kalian mau ke mana?"

"Mungkin ke Timezone.. Kalau kalian?"

"Mo nonton Deja Vu. Dah mau mulai nih. Duluan yah?"

"Ok deh. Dadah.. Kapan² kalau jalan² bareng lagi, aku contact kamu deh.."

Aku tersenyum pada mereka, kemudian mengikuti langkah Jho. Aku memilih tidak ambil pusing dan melupakan pertemuan tadi. Walaupun, setelah itu Jho lebih banyak diam.


Beberapa minggu kemudian, seperti yang telah dijanjikan, mereka mengajak Jho pergi bareng. Dan hal itu berlangsung hampir setiap minggu.

"Ke, kamu ngga protes cowomu diculik teman² lamanya?" tanya Via saat aku sedang tidak bersama Jho.

"Ngapain? Dia khan juga bebas jalan sama temen²nya."

"Yah.. Tapi ini kan setiap minggu! Masa dia lebih gak bisa membedakan mana yang lebih penting? Biar aku yang bilang sama Jho!" omel Via seraya berdiri mau menghampiri kelasnya Jho.

"Sudahlah ngga usah," kataku menahannya. "Biarin aja lah.. Bukannya justru bagus? Kita jadi bisa jalan² berdua. Udah lama khan kita ngga jalan² bareng. Sekalian pengen beli kado natal buat Jho."

Via menghela napas. "Yah sudah lah. Bagaimana kalau Sabtu ini kita ke mall? Gak pergi sama Jho kan?"

"Ok. Dah sana balik ke kelas. Dah bel tuh."

"Iya². Ah, males masuk kelas deh.. Pelajaran Miss Jutek nih.. Pasti kena omel lagi."

"Haha.. Miss-nya kan tau mana yang harus dimarahin."

"Awas kamu yaah..," omelnya sambil ngelitikin aku. Tapi dia buru² pergi karena Miss Jutek sudah hampir masuk ke kelasnya.



"Mau beli kado apa?" tanya Via ketika sampai di mall.

"Ntar juga tau. Yuk," ajakku. Via menurut saja.

Kami sampai di toko pernak-pernik. Aku langsung berjalan ke arah kertas bintang.

"Ini nih.. Mau beli ini. Pengen buat 100 bintang. Trus dimasukkin ke botol transparan.."

"Wah.. Romantis juga kamu," ledeknya sambil menyikutku.

"Aduh.. Nih botol pecah kamu yang ganti lho!"omelku sambil tersenyum.
Sesudah memilih motif kertas bintang, aku dan Via keluar dari toko tersebut. Kami foto² di M Studio, mencoba² pakaian, dan membeli beberapa aksesoris. Setelah capek, kami duduk² di food court sambil berlomba minum jus alpukat.

"Eh Ke, liat!" suruh Via tiba² sambil menunjuk ke arah toko yang agak dekat dengan food court.

"Apa?" Aku mengikuti arah telunjuknya. Kulihat ada pasangan yang baru keluar dari toko itu. "Jho?"

"Bener kan itu Jho?" tanya Via ingin diyakinkan. "Tapi dia bareng siapa?"

Aku memusatkan pandangan pada cewe itu. Dan seketika aku tau. Deg. Rasanya aku ngga ingin percaya.

"Kamu tau, Ke?" tanya Via lagi.

"Kayaknya tau.. Salah satu temen SMP-nya Jho..," jawabku lemas.

"Yuk, kita samperin!"

"Ngga usah deh. Ntar dikira aku ga percayaan sama dia. Sampe pake ngemata-matain segala."

"Lho.. Tapi ini penting kali! Siapa tau dia selingkuh?!"

"Ngga lah. Mereka pasti lagi kepisah sama yang lainnya. Sudahlah kita pulang saja yuk?" desakku. Via terdiam dan mengikutiku pulang, walau dia ngga setuju dengan pilihanku.

Aku masih tidak percaya itu Jho dan berusaha berpikir kalau apa yang kulihat itu salah. Atau kalau itu memang Jho, mungkin dia sedang menemani cewe itu pergi membeli sesuatu, dan kemudian bergabung dengan yang lainnya. Tapi walau aku berusaha berpikir begitu, tetap saja hati ini merasa tak tenang.


"Kenapa matamu? Begadang?" tanya Jho saat aku menghampirinya.

"Ngga bisa tidur."

"Pasti mikirin aku yah? Hehe.."

"Iya," jawabku jujur. Tapi aku tidak bisa tersenyum seperti biasanya saat dia becanda. Dan Jho merasakan ada yang aneh denganku. Dia langsung terdiam dan gelisah. Mungkin dia merasa bersalah..

"Jho, sini bentar deh!" panggil seorang cowo yang sedang nangkring di pintu kelas.

"Eh.. Iya².." Dia buru² berdiri dan berjalan ke depan kelas. Ntah sebegitu pentingnya orang yang manggil dia itu, atau dia memang mau menghindariku?

Aku melihat ke pinggir meja. Handphonenya tergeletak di sana. Aku tersenyum kecil, berniat memarahinya menaruh handphone sembarangan begitu dia balik. Tiba² terlintas di pikiranku untuk mengecek. Membuktikan apa yang kulihat kemarin.

Aku melihat ke depan. Jho sedang berbicara dengan temannya itu di luar kelas. Dengan berat hati, aku mengambil handphonenya, lalu membuka inboxnya. Ada beberapa SMS dengan nama Rika tertera di dalamnya. Ragu² aku membuka SMS itu. Walau aku pacarnya, tapi tetap tidak baik mencampuri urusan orang.

Aku memberanikan diri untuk membukanya. Dan tanganku langsung berkeringat dingin. SMS nya penuh dengan kata sayang dan mesra. Tak kuasa aku membaca smua SMS itu. Aku membuka gallery nya.. dan di sana banyak sekali foto² Jho dengan cewe itu.

Aku langsung menaruh handphonenya di meja. Air mataku sudah menggenang, tapi aku menahannya. Aku berdiri ketika Jho kembali.

"Kita putus," ucapku tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara. Jho hanya diam mematung.

Aku berjalan cepat ke WC terdekat, masuk ke kabinnya, kemudian menangis sejadi-jadinya di sana. Hatiku sakit sekali. Sedih, kesal, kecewa bercampur aduk menjadi satu. Aku keluar dari kabin ketika bel berbunyi. Mungkin orang yang melihatku menyangka ada hantu toilet. Mataku sembab dan kucel sekali.

"Kesya? Kamu kenapa?" tanya seseorang tiba².

Ternyata Via. Aku menatapnya lama. Kemudian air mataku bercucuran lagi. Hatiku terasa seperti terhibur. Via dengan bingung menghiburku.

Akhirnya kami membolos. Aku menceritakan semua yang kulihat tadi padanya. Via benar² marah ketika aku selesai menceritakannya. Dia bangkit berdiri dan menarikku ke kelasnya Jho. Tapi aku segera menahannya.

"Kenapa sih, Ke? Masa kamu mau ngebiarinin orang kayak gitu?"

"Sudahlah.. Aku tidak mau ada pertengkaran..," kataku lemas.

"Ke.. Maap yah.. Aku sudah menjodohkanmu dengannya. Aku salah mengira kalau dia cowok yang setia," sesal Via.

"Lho kok jadi kamu yang mau nangis? Sudahlah.. Bukan salah kamu kok."

Sejak itu aku selalu menghindari berpapasan dengannya. Aku juga tidak pernah menatapnya. Beberapa kali Jho meminta maap padaku. Aku tau, aku kalah dari cewe itu, yang ternyata mantannya dulu. Walau aku menerima kenyataan kalau dia berpaling, tapi tanpa disadari hati ini sudah terbentuk kebencian padanya. Akhirnya kami lulus tanpa pernah sekalipun berbicara satu sama lain.






"Ke, kok melamun?" tanya cowok yang ada di depan mataku.

"Eh.. Ngga.. Ngga apa² kok," elakku.

"Ya sudah.. Kamu mau apa? Sini aku pesenin."

"Es krim Sunday aja deh."

"Ok, Bozz!" Dia mencium dahiku.

Aku menatap punggungnya. Perang sedang berlangsung di dalam pikiranku. Aku bingung apa aku harus menceritakan masa laluku pada Alwin, pacarku yang sekarang.

"Nih, es krimnya." Tiba² sesuatu yang dingin menyentuh pipiku.

"Dingiiin.." Aku merajuk. "Makasih."

"Ke, kata Lesya kamu mau pergi ke reuni SMA?"

Aku tersedak. "Di.. Dia bilang?"

"Kok kamu jadi gugup begitu sih? Iya, ketika tadi aku menunggumu. Emanknya ada apa sih? Kamu tidak pernah cerita tentang masa² SMA-mu."

"Ng.. Ngga ada apa² kok." Aku menghindari tatapannya dengan menunduk, memainkan es krim dengan sendok.

"Yah.. Kalau gak mau cerita gak apa² kok. Itu kan masa lalumu. Asal kamu bahagia aja sekarang," katanya sambil tersenyum pengertian.

Aku menatapnya. Hatiku seolah² terbuka kembali dari belenggu kebencian.

"Makasih," kataku sambil tersenyum tulus. Aku tau aku tidak salah menyukai orang. Dan aku tidak akan ragu² lagi datang ke reuni.



"Kesyaaaa!" seru Via riang ketika aku memasuki ballroom yang sudah dipesan khusus untuk siswa angkatanku.

"Via? Apa kabaar? Kangen banget deh sama kamu." Kami saling berpelukan.

"Begitu aku dengar dari kamu kalau ada reuni, aku langsung balik dari Amrik."

Tiba² pintu ballroom terbuka lagi. Jho dan Varey memasuki ruangan. Kami sama² terdiam. Bahkan Via yang biasanya bawel pun membisu. Tiba² Jho menghampiriku.

"Ke.. Maapkan aku..," pintanya penuh sesal.

"Iya.. Peristiwa dulu itu bukan salah siapa² kok. Aku sudah tidak memikirkannya lagi. Jadi, bagaimana kalau kita berteman lagi?" ajakku sambil mengulurkan tangan.

Jho tertegun sebentar. Kemudian dia mengulurkan tangannya juga. Rey dan Via ikut mengulurkan tangan.

"Sip! Grup Mujake balik lagi!" serunya riang.

"Viaaa! Ngga mau! Namanya harus diganti!" protesku.

Satu ruangan itu melihat ke arah kami. Aku merasa seperti kembali ke masa² kelas 2. Moga² hubungan ini akan terus berlanjut sampai tua..

The End


Makasih banyak yah dah mau merelakan matanya untuk baca cerita ku ini..


1 Comments:

Post a Comment




.:: Profile ::.

Hi².. Met dtg di blog ku.. ^-^


Name : Verena Felicia
Nick name : FeliZ, SatoNa
Age : 18 years old
Zodiac : Aquariuz
Fam : Grandma, Dad, Mom, Sis, Bro
Hobby : stay in front of comp !!
Games : Ragnarok n' Ayo Dance
Location : Jakarta
MSN : daiskinaki_satona@hotmail.com

Makacie yah dah mo ngunjungin blog ku.. Moga² ga bosen bacanya.. ^-^


.:: Previous Posts ::.





.:: Archive ::.




.:: My Prendz ::.





Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x



Voyage.mp3








.:: Links ::.

My Friendster..
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket





.:: Créditos ::.


Todos os direitos
reservados ©
___________